Kajian Tafsir Munir (QS. Al Baqarah Ayat 4 ) Sifat Orang Bertaqwa

 



والذين يؤمنون بما أنزل إليك وما أنزل من قبلك وب الآخرةِ هم يوقنون

Dalam tafsir marah labib Imam nawani menjelaskan bahwasanya maksud dari ayat ini adalah ahl kitab madinah seperti Abdullah bin salam dan sahabatnya yang mana meraka meyakini adanya surga dan neraka serta hari kebangkitan dan kitab kitab terdahulu sebelum Rasulullah. Sementara Syekh Thohir Ibnu A sur dalam kitab tafsir attahrir wa tanwir mulai menjelaskan dari kata hubung dan (wawu atof) jika kata hubung itu kembali kepada ayat sebelumya  al muttaqin maka ayat ini sudah bukan bagian dari sifat al muttaqin dan jika kata sambung ini kembali pada walhadina yukminuna bil ghoib maka ayat ini merupakan bagian dari sifat siafat muttaqin. Pandangan seperti ini juga di sampaikan imam Zamkhasyari dikitab tafsirnya.

Ia menjelaskan bahwasanya muttaqin terbagi menjadi dua. Pertama orang orang yang beriman pada hal ghaib, menjalankan sholat dan infaq terhadap harta yang mereka miliki. Sifat ini khusus pada orang orang Makkah yang belum mengenal kitab kitab terdahulu. Kedua adalah orang Yahudi Madinah yaitu Bani qhorithoh, Bani khoinikok, Bani khoibar seperti Abdullah bin salam yang sudah mengenal kitab kitab sebelum Rasulullah di utus.

Dalam penjelasanya Syekh Thohir Ibn Asur menjelaskan Iman secara bahasa adalah percaya, sementara secara syar’i adalah percaya apa yang disampaikan rasulullah datangnya dari Allah SWT. Kemudian ia menjelaskan secara bahasa kenapa mengunakan kata kerja sekarang (fiil mudhori) mempunyai makna tajaddud sesuatu yang berulang ulang. Sehingga dalam kajian bersama prawoto dan sholihin di Ruangdiroyah mencul pertanyaan bagaimana dengan Sayidah Khotidjah yang sudah wafat sebelum di syariahkannya sholat? dengan mengunakan fiil mudhori yang berarti sesuatu yang berulang ulang menunjukan sebuah konsistensi sifat dan sikap. Dengan ini maka sifat dan sikap Sayidah Khotidjah yang selalu mendukung dan percaya terhadap Rasulullah maka bisa diartikan Sayidah Khotijah juga mendapatkan kedudukan orang yang yuqimuna sholat.


Dalam diskusi ini. Sholihin menjelaskan satu syair arab yang terdapat dalam muqodimah tafsir al kasyaf

المرء حديث بعده – فكن حديثا حسنا لمن روى


Seseorang menuliskan catatan bagi masa sesudahny maka buatlah catatan yang baik bagi orang yang menceritakan. Prilaku seseorang yang berulang ulang baik itu kebaikan atau sebaliknya akan menjadi simbol makna bagi orang tersebut, maka dengan mengambil itibar fiil mudhori dengan makna tajadud seseorang akan selalu membawa simbol makna perbuatanya meskipun orang tersebut sudah wafat. Kemudian kajian di teruskan pada ayat assura ayat 13 yang menjelaskan tentang syariah nabi Nuh. Dan dijelaskan kenapa mengunakan simbol nabi Nuh dan bukan nabi Adam karena nabi Nuh adalah simbol Nabi yang pertama kali diwajibkan untuk menjalankan syariah dan yang melanggar mendapatkan balasan.

Kemudian kajian dilanjutkan bahwasanya keimanan ini bisa bertambah dan berkurang. Hal ini mengacu pada beberapa ayat yang ada di al Qur’an seperti:surat al fath ayat 4. Al kahf 13, maryam 76. Menunjukan bahwasanya keimanan membutuhkan keteguhan makna, dan ia bisa bertambah dan berkurang, ketika makna ini di geser dalam berbagai simbol. Misalnya pernikahan( kenapa kita memilih, dipilih dan tujuan dari pernikahan), (guru dan murid ) (pertemanan) (perjuangan).  Abdullah bin salam meski sudah mengetahui ajaran makna Islam tapi keteguhanya tidak bisa mengalahkan sayidina abu bakar, Umar. Keimanan adalah bagian dari konsistensi antara makna dan simbol,  keyakinan, perkataan dan perbuatan.

Pengunaan kata inzal pada wahyu menurut Syekh Thohir Ibnu Asur adalah sebagai wujud keluhuran Allah yang mengunakan penyerupaan menerima sesuatu dengan kata diturunkannya sesuatu. Sehingga al Quran mempunyai kedudukan khusus dan menjadi mujizat bagi Rasulullah. Kemudian didahulukanya obyek akhirat dari kata kerjanya mempunyai arti bahwasanya keimanan terhadap hari kiamat yang diyakini orang oran yahudi saat itu merupakan  sesuatu yang istimewa yang tidak dimilik peradaban bangsa arab.

Pembahasan ini di simpulkan oleh prawoto bahwasanya kata sambung wawu ini ketika di kembalikan pada ayat sebelumnya waladhina yukminuna bil ghoib maka oragng bertakwa di bagi menjadi dua golongan yaitu seperti ahl mekkah yang belum mengenal ajaran ajaran terdahulu dan ahl kitab Yahudi madinah yang sudah mempunyai kepercayaan pada ajaran kitab kitab terdahulu dan mempercayai ajaran Rasulullah. Kemudian bahwasanya Iman bertambah dan berkurang yang mana kekuatan keimananan teletak pada maknanya yang di wujudkan dalam simbol simbol ajaran. Sehinga keimanan tidak hanya di ukur dari pengetahuan seperti abdullah bin salam. Tetapi bagaimana keimanan konsisten antara pengetahuan dan makna serta simbolnya seperti keimanan Sayidah khotijah, warokoh, umar, sayidina Abu bakar.

Msholihin 

(Penulis adalah Penguris PC ISNU Bojonegoro)

 

 

 

 

  

ISNU BOJONEGORO

ISNU adalah Sebagai wadah sarjana NU, keanggotaan ISNU meliputi seluruh sarjana NU atau orang yang dianggap berjasa kepada NU. Kepengurusan ISNU berada di tingkat Pusat, Wilayah, Cabang/ Cabang Istimewa, dan Wakil Cabang.

Lebih baru Lebih lama