Bojonegoro – Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Bojonegoro menggelar kajian mendalam bertema "Ekologi Perspektif Santri" pada Rabu (7/8/2024), menyoroti krisis lingkungan yang melanda kabupaten tersebut. Kajian ini bertujuan menggali solusi dari sudut pandang keislaman dan kearifan santri.
Ketua ISNU Bojonegoro, Dr. H. Yogi Prana Izza, dalam sambutannya mengaitkan kerusakan lingkungan dengan krisis spiritual. "Ada indikasi kuat bahwa kerusakan ini berakar dari sifat tamak (rakus) dalam diri manusia, seperti yang dikenal dalam dunia tasawuf," terang Ustadz Yogi.
Salah satu isu utama yang dibahas adalah suhu panas ekstrem di Bojonegoro. Lilik Budi Witoyo dari Divisi Hukum ISNU memaparkan data suhu yang mencapai 43 derajat Celcius pada 2011 dan 2018, serta status Bojonegoro sebagai kabupaten terpanas di Jatim menurut BMKG (2023-2024). Krisis air dan banjir juga menjadi sorotan.
Faktor penyebab seperti deforestasi, berkurangnya lahan hijau, industri migas, dan polusi kendaraan turut diidentifikasi.
Ustadz Yogi menambahkan bahwa ISNU berencana menggelar 12 seri kajian ekologi serupa, dengan harapan dapat menerbitkan buku panduan ekologi dari perspektif santri. Ia juga menekankan pentingnya menanam pohon sebagai bentuk sedekah jariyah.
"Secara teologis, merawat ekosistem adalah wujud nyata rasa syukur kepada Sang Pencipta," pungkasnya. Kajian yang diikuti jajaran pengurus ISNU ini dilaksanakan secara daring dan luring.